Thursday, March 16, 2006

Nasi Goreng Putih

Salah satu favorit sarapan Afa adalah Nasi Goreng putih. Nama ini adalah ciptaan juru masak terkenal dan sudah terbukti yaitu ……aku. Lho…cowok koq, masak ? Sudah terbukti bahwa chef di restoran dan hotel terkenal semuanya Laki-laki, jarang ada perempuan yang menjadi chef di hotel atau restoran terkenal. Peserta lomba Allez Cuisine (Indosiar, sabtu pagi) acara favorit kalau pas lagi bete..sebagian besar laki-laki.

Kembali ke nasi goreng putih berikut resepnya untuk 4 orang waktu yang dibutuhkan 15 menit persiapan, 10 menit memasak :

Alat :
  1. Kompor yang masih bisa menyala, kalau tidak menyala lebih baik diganti dengan kompor yang lainya.
  2. Wajan, dalam bahasa Ari namanya goseng-goseng
  3. Susuk, atau suthil atau alat buat mengaduk gorengan, dalam bahasa Ari namanya goseng-goseng juga.
  4. Pisau atau coku (maksud Ari pisauku)
  5. Talenan menurut Ari iyis-iyis
Bahan :
  1. Nasi putih 2 piring penuh (nanti dihidangkan per porsi setengah piring jadi 4 porsi. Ingat resep ini untuk 4 orang). Pemilihan nasi sangat penting, disarankan nasi yang sudah dimasak kemarin, jangan nasi baru. Selain lama kalau nunggu nasi baru (ingat ini sarapan, lho....) juga untuk memanfaatkan nasi kemarin yang belum habis. Dalam bahsa jawa nasi jenis ini namanya SEGO WADANG (Sego=nasi). Para Orang tua disarankan makan nasi ini agar anaknya “jadi”, filosofinya ngirit....ngirit....

  2. Bawang merah 4-8 biji (bawang khan tidak berbiji, diganti siung saja) diiris halus

  3. Bawang putih, 3-5 biji eh...eh... siung dikeprek (dipukul dulu) baru diiris halus untuk mendapatkan aroma yang lebih menyengat. Ini tips dari penjual sea food.

  4. Telor 1-2 butir boleh bebek atau ayam. Kalau telur puyuh dikalikan 4 atau 5.

  5. Mentega 2 sendok makan (kalau diiklan Blue Band ditulis minyak goreng dicoret diganti Blue Band, kalau ditulis mentega dicoret gak, ya ..?)

  6. Merica seperempat sendok teh

  7. Garam 1 sendok teh (Ukuran ini sengaja dibuat eksak, ditujukan terutama untuk para beginner yang tidak dapat menakar seberapa besar rasa asinnya, untuk para intermediate atau advance biasanya ditulis “garam secukupnya”. Ini ciri-ciri resep yang tidak mendidik masih mengandung kata-kata : "secukupnya", "bila perlu", "sesuai selera", karena ukurannya nggak jelas.

  8. Daun bawang 2 batang dipotong halus (jika suka)

Cara membuat :
  1. Panaskan wajan sampai keluar asapnya. Ini bertujuan agar wajan tidak lengket dan mencegah masakan melekat di wajan. Masukkan mentega atau minyak goreng.

  2. Telor dipecah dapat langsung dimasukkan ke wajan tapi aku lebih seneng dikocok dulu. Berdasarkan pengamatan terhadap para penjual bakmi dan nasi goreng yang pertama dimasukkan telor.

  3. Setelah telor agak menggumpal masukkan bawang merah dan bawang putih, aduk sampai berbau harum (….ini yang aku tidak suka dari buku resep) harusnya indikasi perubahan warna menjadi agak kuning kecoklatan dan.... berbau harum, sih, emang…….

  4. Masukkan nasi, kemudian aduk, berturut-turut masukkan garam, merica, aduk lagi sampai rata.

  5. Masukkan daun bawang aduk lagi. Nasi goreng putih sudah siap

  6. Bagi nasi menjadi 4 piring untuk bapak, ibu, dan 2 anak.

  7. Sajikan dengan kerupuk yang berwarna putih juga.

Silakan dicoba resep ini sudah berkali-kali dipraktekkan di dapur Avary, dan sukses. Resep ini adalah resep turun-temurun dari neneknya Avary. Boleh menyebarluaskan dan mencoba resep ini yang penting inget-inget, sama yang mau dikasih makan.

Tuesday, March 14, 2006

Menggambar Melukis

Mulai bulan Maret 2006 Afa mengikuti kegiatan Ekstra kurikuler (Eskul) melukis atau menggambar tepatnya. Eskul tiap hari Senin dimulai sepulang sekolah selama 1 jam, berakhir jam 12.00. Sudah 2 kali mengikuti eskul ini hasilnya adalah 2 karya lukisan yang diwarnai, dalam bahasa sehari-hari mewarnai. Hasilnya seperti gambar ini. Karya pertama Mobil Kodok, karya ke dua Kepiting. Karya pertama diberi nilai B karya kedua nilainya A.

Hari minggu kemarin Afa berkesempatan menjajal kemampuan mewarnai dalam lomba mewarnai yang diadakan oleh PT KIEC. Sebenarnya afa kurang berminat tapi karena yang menjadi Ketua Panitia adalah Uwa Dedi maka Afa jadi mau. Di samping itu ada syarat lain, yaitu Afa mau kalau Ghifar (anak tetangga, nama Lengkap Al Ghifari) juga diajak. Maka pergilah kita sekeluarga plus Ghifar ke tempat perlombaan.

Di sana, di tempat perlombaan, Afa jadi ketemu dengan pelukis cilik lainnya, lumayan untuk bahan perbandingan. Banyak anak yang dari segi tehnik pewarnaan dan skill kayaknya bagus-bagus satu kertas gambar ukuran A3 penuh dengan warna-warna. Sayangnya hasil lukisan Afa tidak diabadikan karena kamera lagi low bat jadi harus discharge.

Dari perlombaan, banyak orang tua yang ikut mendampingi putra-putrinya. Ada yang menarik, Panitia saat mulai lomba mengumumkan seperti ini
“Bapak-bapak, ibu-ibu mohon agak jauh dari anak-anak. Jangan memberikan instruksi atau komentar, biarkan anak-anak berkreasi sesuka hatinya.”
Setelah diamati ternyata bapak-bapak dan ibu-ibu, lebih banyak lagi, yang sepertinya sangat ‘perhatian’ dengan karya anaknya. Sampai-sampai ada yang memberikan instruksi tentang warna dan tehnik menggambarnya. Waduh, kasihan anak itu, padahal kayaknya sudah punya konsep warna sendiri. Panitia pun menambahkan
“Anak-anak boleh diwarnai dengan warna apa saja, pohon boleh biru, langit boleh hijau, boleh warna apa saja, bebas, dan sekali lagi, bapak-bapak, ibu-ibu bebaskan putra-putrinya……”

Jadi kepikiran, pada saat lomba mewarnai anak, bagusnya diadakan juga lomba mewarnai untuk orang tua, dengan gambar yang sama dengan anaknya. Jadi tidak mengganggu anak, dan orang tua bebas berkreasi sesuai dengan yang diinginkan.Dan pada akhir lomba, gambar orang tua dan anak dipamerkan, biar kelihatan perbedaan dan persamaannya.

Dugaanku para orang tua itu sebenarnya pingin ikut lomba tapi karena ada batasan usia peserta jadi tidak bisa. Padahal ide-ide kreatif (orang tua) sudah siap untuk dituangkan, jadilah anak yang dijadikan ‘antek’ untuk menuangkan ide-idenya.
……Ide kreatif anaknya jadi kemana, euy ?

Friday, March 03, 2006

Nun Jauh Di Sana, Friend......

Dedicated to Keluarga Udane
Setelah sekian lama tidak bersua (dan itu bilangan 3 bulan) ternyata ada keluarga yang harus ber-hijrah dari kota tercinta Cilegon ke kota yang lebih 'bisa' dicintai Yogyakarta. Keluarga Udane.

Baru tersadar rasa kehilangan itu, ternyata ada juga, setelah orangnya nggak ada.
wehh....
Ada tidak disapa, nggak ada dicari.
Rasanya kalimat itu mewakili apa yang terjadi.

Blog ini ada selain karena Bunda Reva juga temotipasi (pake' v) oleh ibune Udane, kebeneran juga Bapake Udane temanku waktu sama-sama bujangan dulu. (nggak ada hubungan antara anak kalimat dan induk kalimat). Uka kebeneran juga temennya Afa, se-Play Group. (lebih nggak nyambung). Tapi intinya adalah kita bersahabat secara 'keluarga'. Keluarga Udane adalah sahabat dari Keluarga Avary. Mulai dari bapak, ibu, anak, kecuali pengasuh-pengasuh (ini juga seharusnya bersahabat), adalah sahabat.

Sisi positifnya adalah kalau suatu saat main ke Yogya minimal ada tempat buat mengaso dan melepas rindu, sukur-sukur disuguh dengan makan dan minum, kalo' nggak kebangeten, tenan.
Dan Udane jadi lebih dekat jaraknya dengan mBah Harjo, Yang jelas Bapaknya Udane jadi ikut 'lebih bertanggung jawab' dalam mengasuh Udane, nggak cuma pas week end tapi 'all day long', dan bersama-sama kembali, hapily ever after.....

Selamat menempuh perjalanan baru....Sukses buatmu, buatku dan buat kita semua. Favoritku gudeg di pojok prapatan jalan Kaliurang yaitu Gudeg Barek Bu Haji Ahmad, hmmm... nyammi.. Paling enak di seluruh dunia, wowww.....

(NB :
Aku nulis iki karo mrebes mili)